Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag


TELAH datang kepada kalian bulan Ramadan bulan yang penuh berkah” (HR Ahmad).

 

BERKAH adalah tsubutul khairil ilaahiyyi fissyaiin. menetapnya kebaikan Allah pada satu perkara (Raghib al-lsfahani); ziyadatul khair, bertambahnya kebaikan (Al-Ghazali); dan annama’ wa az-ziyadah, berkembang dan bertambahnya kebaikan (Lisanu al-‘Arab). Jika disimpulkan, Ramadan adalah bulan di mana kebaikan tumbuh, berkembang, bercabang, dan terus bertambah.

Pada dimensi waktu, keberkahan Ramadan ditemui dalam ke seluruh bentangan waktunya yang merupakan waktu emas (golden time). Disimpulkan demikian, sebab pada bulan ini setiap doa akan

Diijabah, setiap permintaan akan diberi, setiap istigfar akan diampuni, dan setiap kebaikan pahalanya akan dilipatgandakan.

Puasa sebagai ibadah utama pada bulan Ramadan jelas menyajikan keberkahan yang berlimpah. Secara bahasa puasa itu adalah al-imsak, yakni mengendalikan diri.

Pada wujud jasmani diri dikendalikan dengan mengistirahatkan seluruh organ tubuh pada siang hari dari aktivitas makan dan minum setelah 11 bulan bekerja tanpa henti. Bila tidak diistirahatkan melalui puasa, diri dalam wujud fisik ini sangat rentan dikunjungi penyakit.

Pada dimensi rohani puasa mengendalikan potensi hawa nafsu (ilham fuzurah) dengan potensi kebaikan (ilham taqwa). Dalam kendali potensi kebaikan, segenap potensi diri seperti akal, hati, dan

anggota tubuh (al-jawarih) akan dibimbing untuk tunduk patuh pada titah Allah swt. Dalam kondisi itu diri manusia akan terus bergerak berjalan menuju Allah.

Secara jasmani, keberkahan ibadah puasa akan ditemui pada terjaganya fisik dari berbagai penyakit Sementara, secara rohani akan didapatkan melalui bebasnya diri dari berbagai dosa. Jika bebas dosa, maka hidup akan terbebas dari berbagai belenggu kesulitan.

Allah mengisyaratkan. “Siapa saja yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia tengah mengerjakan kesulitan atau kemudharatan bagi dirinya sendiri” (QS An-Nisa 11).

Keberkahan lainnya akan dipanen pada bulan suci Ramadan ini dengan menunaikan salat Tarawih berjamaah. Dari Abu Dzar ra, Nabi Muhammad saw pernah mengumpulkan keluarganya, lalu beliau bersabda. “Siapa saja yang salat bersama imam sampai selesai, maka ditulis untuknya pahala salat sepanjang malam”.

Selain itu, ibadah sunah ini mengkondisikan seorang hamba untuk banyak bersujud kepada Allah. Pada kutub itu, jarak antara Allah dan hambanya berada pada posisi yang teramat dekat.

Bulan suci Ramadan disebut juga sebagai syahrul Qur'an, bulan Al-Qur’an diturunkan. Melalui momentum ini, bertabah pula keberkahan dari bulan suci ini.

Dalam QS Al-An’am 155, Allah berfirman. “Dan Al-Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkahi, maka ikutilah Al-Qur’an dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat”.

Di antara rahmat yang akan di-dapatkan. Allah akan memberi penjagaan bagi orang yang membacanya dari kerugian atau kebangkrutan. “Sungguh orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi” (QS Fathir 29).

Panen berkah akan semakin berlimpah, ketika ibadah puasa, salat Tarawih, tilawatil Qur’an, dan ibadah Ramadan lainnya ditunaikan di Mekah dan Madinah melalui ibadah umrah.

Pada bulan Ramadan, dua tanah suci itu memberi kebaikan yang hiar biasa. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku” (HR Bukhari Nomor 1.863). Semoga. ***

 

 

Sumber Pikiran Rakyat tanggal 12 Maret 2024