Dr. H. Aang Ridwan, M.Ag


JABAL Rahmah adalah monumen tempat dipertemukan kembali Nabi Adam as dengan Siti Hawa, setelah mereka melakukan perjalanan suci untuk kembali kepada Allah karena mereka melanggar larangan.

Di antara Iarangan itu, mereka berdua memperlihatkan aurat dengan melepas pakaiannya atas tipu daya setan yang hadir menyebut diri sebagai wali.

Dalam petunjuk QS AI-A'raf 27 dijelaskan, “Wahai anak cucu Adam, Janganlah kalian tertipu oleh setan, sebagaimana dia telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya”.

Dalam telaah pegiat cultural studies, hari ini kita tengah dikepung oleh budaya pemujaan tubuh. Sebuah budaya yang kontras ditandai bahwa pusat kesadaran manusia bukan lagi pada akal dan budi, melainkan pada tubuh.

Anak milenial hari ini merasa berdosa kalau tubuh mereka tidak langsing, kulit mereka tidak putih dan glowing, serta pakaian mereka tidak matching.

Filsafat hidup kaum wanita hari ini adalah be beautiful. Oleh karena itu, sahabat karib mereka adalah skincare bermerek, tempat nongkrong mereka adalah salon dan klinik kecantikan, tempat wirid mereka adalah gymnasium. Aerobik, yoga, salsa, dan jumba adalah sederet rutinitas yang berdosa jika mereka tinggalkan.

Bagi mereka yang merasa dirinya cantik, maka kecantikannya tidak hanya mereka nikmati sendiri tetapi harus membawa misi propaganda.

Orang lain harus tahu kalau dirinya cantik. Oleh karena itu, dengan serentak sontak mereka umbar sensualitas dan keseksian tubuhnya. Ketika setiap mata kaum lelaki berdecak kagum, Saat itu ada rasa seperti telah berhasil menjalankan misi.

Sementara itu, mereka yang merasa dirinya tidak cantik, mereka berjuang melawan insecure seraya bersembunyi di belakang gaya hidup mewah dengan outfit yang serba-branded. Mengenai budaya pemujaan tubuh, kini Iahirlah dua tipe wanita yakni wanita protektif dan relatip. Wanita protektif adalah mereka yang menyadari setulus hati dan sedalam jiwa bahwa apa yang mereka miliki, termasuk tubuhnya, adalah anugerah terindah sekaligus aset berharga. Oleh karena itu, tubuhnya bukan hanya harus dirawat tetapi juga harus dijaga dengan saksama.

Mata dengan melihatnya, telinga dengan mendengarnya, bibir dengan ucapnya, hidung dengan penciumannya, tangan dengan kemampuan menggenggamnya, kaki dengan langkahnya. Itu semua harus dirawat dan dijaga. Apalagi bagian-bagian pada wilayah tertentu yang menjadi identitas kesucian, sebut saja bagian-bagian yang termasuk aurat. Semuanya harus dijaga ketat.

Sementara itu, wanita relatip”, adalah akronim dari kata rela diintip. Tipe wanita ini dengan penuh kesadaran sangat gemar mengumbar bahkan mengobral auratnya. Di dunia nyata apalagi di dunia maya, mereka seakan menemukan tempat yang paling nyaman untuk berbagi kecantikan dan kemolekan tubuh seutuhnya dengan jutaan pasang mata netizen yang liar dan nakal.

Wanita relatip ini begitu ironi. Ibarat Barbie, mereka cantik, imut, Iucu, dan bisa dimainkan. Namun, mereka tidak sadar bahwa lelaki sejati tidak suka bermain Barbie.        

Untuk hal yang tak berdosa, sebut saja jerawat kecil di muka, mereka tutup begitu rapat. Namun, aurat yang jelas muara dosa mereka buka dan pamerkan, Oleh sebab itu, hilanglah aura kecantikan sejatinya.

Dalam budaya pemujaan tubuh, dengan penuh cinta Jabal Rahmah menyapa kaum wanita, Tidak ada bahagia bahkan surga, bagi mereka yang gemar menanggalkan pakaiannya untuk memamerkan auratnya. NaudzubilIah. ***


Sumber Pikiran Rakyat tanggal 27 Februari 2024